Gagasanriau.com Pekanbaru-Menghadapi pasar bebas Negara-negara Asean yang bernama Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dimana Indonesia juga termasuk dalam ssstem pasar bebas tersebut, Wakil Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman mengingatkan dunia kampus untuk mampu menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang.
"Mungkin dari Malaysia, mereka sudah siap untuk itu. Sekarang bagaimana kesiapan kita dalam menghadapi MEA. Padahal seperti dikatakan pak rektor, apa yang perlu diperbuat karena sekitar tiga bulan lagi kita sudah berada di 2015," ujarnya wagub Riau di Pekanbaru, Selasa (23/9/2014).
Pernyataan itu disampaikan Wagub Riau Arsyadjuliandi Rahman dalam sambutannya sebelum membuka acara Konferensi Internasional Hubungan Indonesia-Malaysia Tahun Ke-8 yang digelar pada 23-25 September 2014 bertempat di Universitas Lancang Kuning Pekanbaru.
Menurutnya, kampus tidak bisa berdiam diri dalam mengahadapi MEA yang mulai diberlakukan pada 2015 karena merupakan satu pasar yang sangat besar untuk tingkat regional di kawasan negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara.
Indonesia-Malaysia adalah dua negara yang dinilai mempunyai wadah dalam menyongsong pemberlakuan MEA seperti Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI), kemudian The Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) serta forum bilateral lainnya.
"Negara-negara di kawasan Asia Tenggara juga tempat berproduksi bersama dan kalau kita lengah disini, maka kita hanya akan menjadi objek. Makanya saya bilang tadi, sumber daya manusia merupakan suatu hal yang sangat penting," ucapnya.
Dari hasil pertemuan tersebut, lanjut dia, pihaknya sangat mengharapkan bisa menopang atau mendorong, agar Indonesia khususnya Provinsi Riau lebih siap dalam memasuki pasar bebas di kasawan Asia Tenggara.
Pemprov Riau menilai sudah cukup selama delapan tahun belajar hubungan bilateral maupun regional. Kini tahun depan semua negara ASEAN akan masuki "ASEAN Economis Community" yang dinilai perlu semua pihak terutama pemangku kepentingan memikirkan bersama,
"Kalau pemerintah agak lambat dalam menghadapi MEA, jangan mengikuti cara itu. Tetapi bapak dan ibu sebagai orang-orang intelektual, bisa menghasilkan atau mendorong pemerintah daerah dari belakang atau dari depan dalam menghadapi MEA," kata Arsyadjuliandi.
Rektor Universitas Lancang Kuning Prof Dr Syafrani MSi mengatakan pihaknya akan melihat dari beberapa nara sumber atau peneliti kampus terutama dari Malaysia dan melihat kesiapan negeri jiran tersebut dalam menghadapi pemberlakuan MEA.
"Kita harus juga belajar dengan mereka karena bagaimana pun dalam waktu dua bulan ini, harus menghadapi kemampuan daya saing dari negara-negara di Asia. Kita sadar sampai hari ini, kita belum menyiapkan sumber daya manusia secara optimal," katanya.
Ketua Delegasi Malaysia Muhammad Siddin Ahmadisyah menyebut salah satu masalah yang lebih diutamakan para peneliti dari negara itu mengenai sumber daya manusia terutama bidang sains dan tenologi terkait dengan dunia industri serta lapangan pekerjaan.
"Salah satu aspek perbincangan yang sangat luas meliputi apek ekonomi, sosial, budaya dan politik. Tetapi walau pun luas begitu, penelitiannya sangat khusus dan spesifik. Jadi, memang ada hal-hal yang sangat menyentuh terutama isu terkini seperti ekonomi," ucapnya. (Advertorial).