Kesehatan

Hubungan Seks Saat Hamil, Amankah?

ilustrasi

Oleh: Dr James Allan Rarung, SPOG, MM

Hubungan seks saat seorang wanita hamil banyak menjadi pertanyaan sekaligus kontroversial bagi kalangan tertentu. Bagaimana halnya dengan dorongan untuk melakukan hubungan seks disaat seorang wanita lagi hamil? Keinginan tersebut akan selalu ada, meskipun beberapa wanita menyangkalnya. Namun ternyata bahkan dorongan tersebut sangat kuat, terutama setelah wanita hamil melewati fase-fase mual dan muntah atau fase dimana pertumbuhan plasentanya telah lengkap serta dimana puncak kadar hormon hCG-nya telah terlewati dan kadarnya mulai menurun. Hormon hCG ("human chorionic gonadotropin) adalah hormon yang diproduksi selama masa kehamilan.

Di awal kehamilan, hormon ini diproduksi oleh indung telur. Dalam perkembangan selanjutnya hormon ini dihasilkan oleh plasenta. Hormon ini sudah bisa terdeteksi dalam darah sekitar 11 hari setelah pembuahan dan kemudian setelah mencapai puncak kadarnya menetap sampai kira-kira 12-14 minggu kehamilan pada tes kencing. Secara umum kadarnya akan meningkat 2 kali lipat setiap 72 jam. Kadarnya mencapai puncak saat usia kehamilan mencapai 8-11 minggu pertama, selanjutnya akan menurun selama sisa masa kehamilan.

Dorongan seks yang kuat pada wanita hamil umumnya terjadi setelah usia kehamilan menyentuh atau melewati 16 minggu kehamilan (trimester ll). Disaat ini, keadaan psikologisnya mulai stabil dan tenang serta kondisi tubuhnya makin terasa kuat dan bertenaga, hal ini selanjutnya akan diikuti dengan peningkatan aliran darah yang makin tinggi ke bagian panggul, termasuk ke vagina.

Seorang wanita hamil pada fase ini mulai sering merasakan organ intimnya terasa hangat dan basah, ini akibat terjadinya pembengkakan pada bagian dalam vagina serta adanya lubrikasi atau peningkatan cairan pelumas. Itulah sebabnya, keinginan wanita berhubungan seks disaat-saat umur kehamilan ini akan meningkat dan orgasme pun bisa menjadi lebih hebat dari biasanya.

Tentunya syarat utama untuk seorang wanita hamil dapat melakukan hubungan seks yang aman dan nyaman adalah kehamilannya bertumbuh dan berkembang secara normal dan baik. Pada kehamilan yang normal dan baik bayi akan terlindungi di dalam rahim. Tentunya cairan ketubannya harus cukup dan kondisi plasentanya telah tertanam dengan baik pada dinding rahimnya. Banyak ahli kandungan menyarankan bagi wanita untuk tidak berhubungan seks selama kehamilan jika terjadi beberapa hal di bawah ini:

-Kondisi medis yang mengancam kehamilan, sehingga ada risiko keguguran. Termasuk pernah mengalami keguguran yang berulang.
-Keadaan dimana otot-otot pada serviks atau mulut rahim yang lemah dan longgar.
-Wanita hamil tersebut sering-sering mengalami kram perut.
-Berisiko mengalami persalinan prematur, sebelum usia kandungan 37 minggu atau ada riwayat prematur sebelumnya.
-Wanita hamil mengalami plasenta previa. Kondisi dimana plasenta menutupi pembukaan serviks atau mulut rahim.
-Ada perdarahan melalui vagina selama hamil.
-Mengalami infeksi tertentu, terutama infeksi di daerah panggul atau vagina.

Oleh karena itu, sebelum wanita hamil mulai berhubungan seks dimasa kehamilan, sebaiknya kunjungi dan bertanya kepada dokter kandungan terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat keamanan berhubungan seks, baik bagi wanita hamil, pasangannya dan janin yang ada di dalam kandungan.

Perubahan bentuk dan berat tubuh, seperti perut yang membesar dan makin bertambahnya berat badan, tentunya memiliki kesulitan tersendiri untuk melakukan hubungan seks tersebut. Oleh karena itu, pentingnya suami isteri yang ingin melakukan hubungan seks saat kehamilan, memahami dan menguasai berbagai variasi gaya dan teknik yang aman dan nyaman saat berhubungan seks. Gaya dan teknik tersebut tentunya disesuaikan juga dengan seberapa besar perut wanita hamil sehingga akan mendapatkan posisi yang terbaik. Jadi tidak boleh dipaksakan posisi itu menurut keinginan masing-masing pasangan suami isteri, namun harus berdasarkan pada aman atau tidaknya terhadap ibu dan janin yang dikandungnya.

Banyak panduan gaya dan teknik yang telah ditulis maupun diajarkan oleh berbagai pakar. Yang akan dipaparkan di sini adalah beberapa diantaranya. Tentunya untuk kehamilan trimester I, gaya dan posisi tidak berbeda banyak dengan saat sebelum hamil. Hal ini oleh karena perut belum terlihat buncit pada usia kehamilan ini yaitu pada kehamilan 12 minggu ke bawah. Posisi yang paling sering pada usia kehamilan ini adalah posisi "misionaris", yaitu posisi klasik dimana wanita di bawah dan pasangannya berada di atas. Yang perlu diperhatikan pada trimester I adalah tidak boleh kasar dan membuat wanita tersebut capek atau kelelahan.

Seiring dengan perut yang membuncit, cobalah posisi "side by side", posisi ini paling direkomendasikan untuk masa akhir kehamilan. Dengan posisi ini dorongan akan lebih teratur dan bisa menjaga berat pada perut wanita hamil. Wanita hamil dan pasangannya akan berbaring saling berhadapan. Taruh kaki suami atau pasangannya di atas wanita hamil (kaki bisa juga tetap lurus atau saling bersentuhan pada lutut). Pasangan akan melakukan penetrasi dari bagian samping. Variasi posisi ini adalah wanita berbaring miring dihadapan pasangannya. Kemudian pasangannya bisa melakukan penetrasi dari arah belakang atau samping ("spoon position") posisi ini aman karena tidak menekan pada perut.

Posisi wanita berada di atas ("woman on top") juga baik dilakukan, hal ini akan mempermudah dalam mengontrol kedalaman (penetrasi) penis. Bisa juga dengan meminta pasangan pria duduk bersandar dan wanita duduk di pangkuannya. Ada juga variasi yang dikenal dengan istilah "edge of the bed", yaitu variasi dengan wanita hamil tersebut berbaring di tepi tempat tidur, dengan kakinya terbuka dan telapak kaki di lantai. Kemudian pasangan atau suaminya dapat berdiri di hadapannya. Posisi ini tidak memungkinkan untuk melakukan penetrasi lebih mendalam, jadi wanita tersebut harus memberitahu bagaimana melakukan penetrasi dengan lembut seperti yang dia inginkan. Posisi "doggy style" juga dapat dilakukan, pada posisi ini wanita hamil akan menungging, bertopang di siku dan lutut. Penetrasi dilakukan dari belakang, sehingga tidak memberi tekanan pada perut.

Wanita hamil tidak dianjurkan untuk melakukan posisi seks dengan berbaring terlentang, terutama di masa akhir kehamilan. Karena berat bayi dan pasangan dapat memberikan tekanan pada vena cava inferior, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah kembali menuju jantung. Hal ini akan dapat mengakibatkan pusing dan meningkatkan detak jantung pada wanita hamil. Pada keadaan yang berat akan menyebabkan pingsan dan atau memicu keguguran atau perdarahan.

Jika Anda memiliki riwayat penyakit menular atau bahkan kemungkinan terpapar HIV, sebaiknya menggunakan kondom saat berhubungan seks. HIV dapat ditularkan pada bayi. Oral seks juga diperbolehkan tapi pastikan Anda melakukannya dalam keadaan yang sama-sama bersih. Meniup udara ke dalam vagina saat melakukan oral seks juga tidak dianjurkan, karena dapat menyebabkan "air embolism" (keadaan dimana pembuluh darah tersumbat oleh gelembung udara) yang bisa mengancam jiwa. Dokter juga tidak menganjurkan anal seks saat kehamilan karena bisa menyebabkan paparan bakteri dari anus menuju vagina pemicu infeksi. Bahkan, kebiasaan ini juga akan memicu wasir atau hemoroid selama kehamilan.

Hal yang penting dan tidak boleh terlupakan adalah berkomunikasi secara terbuka. Ya, komunikasi memegang peran yang sangat penting dalam mencapai kepuasan hubungan seksual. Terutama pada masa kehamilan. Anda dan pasangan mungkin memiliki ide berbeda tentang seberapa sering berhubungan seks dan gaya apa yang disukai masing-masing. Jika hubungan seks saat hamil menjadi sangat sulit dilakukan, terutama di masa akhir kehamilan, mungkin memberi pijatan dan pelukan penuh kasih sayang bisa menjadi gantinya. Oleh karena itu, komunikasikan secara terbuka kendala yang Anda rasakan bersama pasangan, dan temukan solusinya bersama.

Demikianlah paparan singkat tentang bagaimana melakukan hubungan seks yang aman selama kehamilan. Semoga sedikit informasi ini, dapat berguna bagi wanita hamil dan pasangannya sehingga akan dapat menambah informasi atau meningkatkan pengetahuan tentang seks yang aman dimasa kehamilan.****

 

Dr James Allan Rarung, SPOG, MM


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar