Daerah

Di Palestina, iPhone Tak Laku

[caption id="attachment_3428" align="alignleft" width="300"]iPhone iPhone[/caption] gagasanriau.com Tepi Barat - Seperti banyak pemuda Palestina, Amir sangat bersemangat ketika mendapatkan smartphone untuk pertama kalinya, dengan harga berlipat. Namun, seketika ia menyadari sia-sia belaka memilikinya, karena buruknya jaringan 3G di wilayahnya, yang berarti aplikasi yang sebagian besar mengandalkan koneksi kecepatan tinggi itu tidak dapat digunakan. "Aku menjual lagi iPhone-ku. Percuma saja karena tak bisa digunakan," kata pekerja kafe internet ini. "Harganya mahal, tapi kalau tak ada gunanya buat apa?" Di Timur Tengah, penyedia jasa komunikasi nirkabel berlomba-lomba masuk dalam layanan internet mobile berkecepatan tinggi, umumnya dikenal sebagai 4G. Namun di Palestina, layanan 3G saja masih menjadi barang langka. Di wilayah ini, hampir semua smartphone tak berharga. Mereka yang ingin mendapatkan akses 3G, harus pandai bersiasat. "Saya tidak bisa mendapatkan 3G jika menggunakan kartu SIM operator Palestina, jadi saya harus memiliki dua SIM, satu Palestina dan satu Israel, yang rumit dan mahal," kata Jeryes 27 tahun, pemilik sebuah toko buku di Ramallah. Penolakan Israel untuk memberikan akses ke frekuensi yang diperlukan untuk 3G bagi provider Palestina membuat warga Tepi Barat harus mendaftar pada sebuah perusahaan Israel untuk mendapatkan mobile internet. Bagi mereka, tarifnya lebih mahal. Sabri Saidam, penasihat telekomunikasi Presiden Palestina Mahmud Abbas, mengatakan Israel telah berulang kali menolak untuk memberikan akses 3G untuk perusahaan telepon Palestina dengan alasan "keamanan". "Selama beberapa tahun terakhir beberapa permintaan telah dibuat dan selalu ditolak," katanya. "Namun di sisi lain, perusahaan Israel beroperasi secara ilegal di wilayah Palestina menyediakan 3G untuk pelanggan mereka." Mereka yang memiliki smartphone, mengandalkan wifi jika ingin menggunakan fitur yang ada di dalamnya. Biasanya, mereka mengaksesnya di kafe-kafe atau di rumah, menggunakan koneksi di sana, meskipun fasilitasnya terbatas juga. Peta digital, misalnya, tak bernah di-up date  bagi warga Tepi Barat, yang berarti kegunaan smartphone sangat terbatas. Al Arabiya menyebut, alasan politik juga turut berpengaruh. Israel disebut sedikit gerah ketika pada bulan Mei, karena raksasa internet Google mengakui status mereka ditingkatkan PBB, menempatkan nama "Palestina" pada mesin pencarinya bukan "Wilayah Palestina (Palestinian Territories)." . Apalagi, banyak poster dukungan bagi Google.ps tersebar di wilayah ini. Sebut sebuah poster dalam perjalanan ke Ramallah dari Qalandia yang dikuasai Israel di Tepi Barat, yang  mendesak pengguna internet untuk "log on" ke Google.ps dan mendukung perjuangan Palestina mencapai status "negara" penuh. AL ARABIYA | TRIP B tempo.co


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar