Inilah Potret Menyedihkan SD Jauh Kampung Sidodadi Desa Bukit Kerikil Kabupaten Bengkalis

Ahad, 21 Agustus 2016 - 20:51:49 wib | Dibaca: 11825 kali 
Inilah Potret Menyedihkan SD Jauh Kampung Sidodadi Desa Bukit Kerikil Kabupaten Bengkalis

GagasanRiau.Com Bengkalis - Rencana Strategis Kemendiknas Tahun 2009-2014. Pada Bab I dinyatakan bahwa atas dasar pertimbangan berbagai amanah undang-undang, diantaranya dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 11 Ayat (1) dinyatakan bahwa: “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi”.

Ketentuan tersebut kemudian dipertegas dalam Pasal 34 Ayat (2) yang menyatakan bahwa: “Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya”.

Selanjutnya, Pasal 34 Ayat (3) menyebutkan bahwa: ”Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat”. Oleh karena itu, paradigma wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun digeser menjadi hak belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang menjamin kepastian bagi semua warga negara untuk memperoleh pendidikan minimal sampai lulus SMP. Dengan pergeseran paradigma tersebut, pemerintah wajib menyediakan sarana prasarana dan pendanaan demi terselenggaranya pendidikan bagi seluruh warga negara.

Hal ini tidak berlaku disebuah sekolah di kampung Sidodadi Desa Bukit Kerikil Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis yaitu Sekolah Dasar (SD) Jauh Negeri 026. Generasi muda anak anak sekolah ini harus membayar uang sekolah Rp 50.000 per murid sekedar  memenuhi biaya bensin seorang ibu guru honorer bernama Elra Satiwi ( Tiwi)  yang sudah menginjak 3 tahun mengajar di sekolah jauh ini.

Jarak yang ditempuh seorang guru honorer yang luar biasa pengabdiannya ini, kurang lebih 15 km dari rumahnya, menempuh jalan gambut yang sangat memprihatinkan, debu waktu musim kemarau dan becek berlubang bahkan sering jatuh jika kondisi musim hujan.

Ibu guru Tiwi ini dengan kondisi infrastruktur yang sangat memprihatinkan sudah 2 tahun mengajar secara bergantian untuk 10 orang murid anak TK, 7 orang murid anak kelas 1 SD dan 9 orang murid untuk kelas 4. Baru tahun 2016 ini ada seorang guru honorer lagi yg coba membantu ibu guru Tiwi yaitu ibu guru Nur Hasanah.

"Dengan rata rata mendapat 400ribu/bulan hasil sumbangan orang tua murid, uang itu saya hitung hitung sudah habis untuk biaya bensin pulang pergi Ibu guru Tiwi kerumah orang tuanya yang berjarak 30km" ujar Sahat Hutabarat.

Sahat Hutabarat yang mendirikan cabang unit lapangan Laboratorium Kedaulatan Pangan Agribisnis Kerakyatan ( Laboratorium KPAK ) organisasi Persaudaraan Mitra Tani Nelayan Indonesia ( PETANI) yang berbasis  pertanian berkelanjutan berkemandirian buat sendiri pupuk organik dengan bahan kearifan lokal untuk meninggalkan ketergantungan pupuk kimia di kampung Sidodadi.

Sahat Hutabarat mengatakan APBD kabupaten Bengkalis termasuk sepuluh besar di seluruh Indonesia dan alokasi untuk anggaran pendidikan mencapai kurang lebih 20 persen.  "Tapi inilah fakta yang saya lihat di sebuah sekolah kabupaten Bengkalis ini"  kata Sahat.

"Dengan niat yang baik dan jaringan yang ada saya akan mencari jalan keluar dan menemui uptd pendidikan dari tingkat kecamatan, kabupaten, Propinsi bahkan mengusahakan akan menyampaikan ke Staf Presiden di Jakarta agar ada kepedulian untuk sekolah ini,  agar hak hak dasar rakyat mendapatkan pendidikan berkualitas, negara harus menjalankan tugas dan fungsinya" ujarnya.

Masyarakat di kampung Sidodadi terdiri kurang lebih 40 kepala keluarga dengan kehidupan dan kemiskinan yang sangat memprihatinkan dan sering dikriminalisasi dalam kasus kasus konflik agraria.

"500 meter dari sekolah ini ada koorporasi besar Hutan Tanaman Industri pemasok pabrik kertas Sinar Mas Group tapi kita menemukan kondisi pendidikan seperti ini, ketimpangan itu sangat sangat mengecewakan, APBD Kabupaten Bengkalis yang  besar dan disampingnya sebuah koorporasi Sinar Mas Group yang kita tahu menguasai lahan yang sangat luar biasa luas dan berkitakadilan" kata Sahat Hutabarat  mendambakan perhatian yang sungguh-sungguh untuk aspek pendidikan ini.

Editor Arif Wahyudi


Loading...
BERITA LAINNYA