GAGASANRIAU.COM, PEKANBARU - Puluhan anak muda melakukan aksi bersama memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia di kawasan car free day (CFD) jalan Sudirman, Pekanbaru, Minggu, 4 Juni 2023, menyuarakan perubahan iklim merupakan tanggungjawab bersama. Aksi tersebut mengajak masyarakat Riau untuk lebih peduli dan berperan aktif menjaga serta melestarikan lingkungan hidup demi terwujudnya keadilan iklim dan antargenerasi.
Anak muda yang terdiri dari kelompok mahasiswa, organisasi masyarakat sipil, komunitas pecinta alam, dan komunitas seni di Riau ini diikuti oleh 150 orang yang berasal dari Perkumpulan Elang, Pondok Belantara, WALHI Riau, Jikalahari, Mapala Humendala, Wanapalhi, Mapala Suluh, Mapala Suska, Mapala Phylomina, Mafakumpala, Mapala Natural, KPA EMC2, Sorak, Gemas, DDV Riau, Kaliptra Andalas,.KSR PMI UIN Suska, KSR PMI Unri, KSR PMI UIR, FPBLK, BDPN, Greenomos.
Juga diikuti BEM FEB Unri, HMJ Manajemen FEB Unri, Kasei Feb Unri, IPMKK, Efec Feb Unri, Sema D3 FEB Unri, Komunitas Seni Rumah Sunting, Jungle Ghost, Mapala Natural, Duri Hijau, XR Riau, Saung Alam Indonesia, Teras Riau, Kelompok Pemusik Jalanan, Sanggar Seni 412, Sanggar Latah Tuah, BEM STMIK Amik Riau, Penari Lintas, HMTL Unri, Himpunan Mahasiswa Pendidikan Geografi UIN SUSKA RIAU, dan pelajar SMK N 1 Pekanbaru.
Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diperingati setiap 5 Juni bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan yang baik dan sehat serta ajakan untuk melestarikan bumi. United Nations Environment Programme (UNEP) menetapkan beat plastic pollution sebagai tema Hari Lingkungan Hidup tahun 2023.
Ezrin Riosariandy, anggota Mapala Humendala menyampaikan bahwa tema beat plastic pollution sudah dua kali digunakan, tahun ini dan 2018 lau. Dua kali menjadi tema Hari Lingkungan Hidup, artinya plastik merupakan permasalahan penting yang harus segera diatasi. Di Pekanbaru sendiri, plastik juga merupakan permasalahan yang perlu perhatian khusus.
Pekanbaru menjadi urutan kedua sumber timbulan sampah terbanyak, seharusnya direspon dengan kebijakan pembatasan plastik sekali pakai oleh Pemerintah Kota Pekanbaru terlebih setelah putusan Pengadilan Negeri Pekanbaru nomor 262/Pdt.G/2021/PN Pbr. Namun sayang, hampir setahun putusan tersebut belum dijalankan oleh para pemangku kebijakan tersebut.
“UNEP telah dua kali menetapkan beat plastic pollution sebagai tema hari lingkungan hidup. Hal ini seharusnya dipikirkan pemerintah kita. Apalagi PN Pekanbaru telah memerintahkan Walikota, DPRD dan DLHK Kota Pekanbaru untuk menerbitkan Peraturan Kepala Daerah tentang pembatasan penggunaan plastik sekali pakai. Karena pemerintah berkewajiban untuk memberikan hak lingkungan yang baik dan sehat kepada masyarakat Kota Pekanbaru” tutup Ezrin.
Sri Depi Surya Aziza, WALHI Riau mengatakan Hari Lingkungan Hidup 2023 dicederai dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 2023 tentang Pengelolaan Hasil Sedimentasi di Laut. PP ini akan menciptakan kerusakan ekosistem, pemukiman dan sumber pangan ikan. Kemudian kebijakan ini akan menambah beban kawasan dan memperburuk kehidupan masyarakat pesisir, terutama nelayan dan perempuan nelayan.
“Hari ini, masyarakat pesisir Indonesia, khususnya perempuan pesisir Riau sedang berhadapan dengan dampak buruk krisis iklim. Dalam sistem sosial patriarkis, perempuan seringkali ditempatkan di wilayah domestik. Kemudian ketika terjadi krisi iklim, perempuan menanggun beben ganda. Selain mengurus pekerjaan rumah, perempuan juga harus bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Kemudian pemerintah memperparah kondisi ini dengan menerbitkan kebijakan yang menambah laju kerusakan ekologis dan menempatkan perempuan sebagai korban krisis iklim” tambah Devi.
Fachrul Adam, dari perkumpulan elang sekaligus koordinator aksi menyebutkan aksi Hari Lingkungan Hidup tahun ini mengangkat tema perubahan iklim tanggungjawab bersama. Kami menyampaikan kepada seluruh masyarakat Riau, khusunya yang hadir pada CFD bahwa sudah saatnya mengambil bagian untuk mewujudkan keadilan iklim. Saling bersolidaritas dan membangun gerakan bersama untuk melindungi planet kita. Salah satunya dengan cara menghentikan deforestasi dan menjaga kelestarian hutan alam di Riau.
Hari Lingkungan Hidup Sedunia memberikan kesempatan bagi individu dan organisasi untuk mengambil peran dan melakukan tindakan nyata terhadap mitigasi perubahan iklim. Ini dapat mencakup pengurangan emisi karbon melalui praktik hemat energi, mempromosikan sumber energi terbarukan, menanam pohon, memulihkan ekosistem yang terdegradasi, dan mengadvokasi kebijakan yang mendukung pembangunan berkelanjutan. Salah satunya menjaga Semenanjung Kampar dan Kerumutan. Dua landscape ini masih memiliki tutupan Hutan alam seluas 607.451,04 Ha. 33.802 hektar diantaranya belum dibebani izin.
"Tutupan hutan alam ini harus dijaga kerena ini menjadi salah satu solusi iklim riau untuk global yang mana dalam landscape Semenanjung Kampar-Kerumutan terdapat Kekayaan Biodiversity 58 jenis flora,38 jenis burung dan 44 jenis ikan juga merupakan tempat hidup hidup hewan langka dan dilindungi harimau sumatra, beruang merah dan ikan arwana emas, sekaligus memiliki dua wilayah konservasi penting yaitu TN. Zamrud dan Suaka Margasatwa Kerumutan” tutup adam.
Muhammad Ilham, ketua Wanapalhi STMI Amik Riau mengatakan bahwa momentum Hari Lingkungan Hidup tahun ini melakukan aksi untuk mengajak anak muda untuk ikut andil dalam mewujudkan keadilan iklim dan antargenerasi. Apalagi sudah memasuki tahun politik.
“Kita sebagai generasi saat ini berkewajiban memberikan lingkungan yang baik dan sehat untuk generasi berikutnya. Salah satunya dengan menentukan pilihan yang tepat dan pro lingkungan di tahun politik ini. Karena kebijakan yang berpihak kepada rakyat dimasa yang akan datang berawal dari pemilu. Wujudkan keadilan iklim dan antargenerasi dari sekarang!” tutup Ilham