Daerah

Rp10 Triliun, Kerugian Riau Disebabkan Asap

Gagasanriau.com.Pekanbaru-Kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan telah mengakibatkan Riau rugi secara ekonomi sebesar Rp10 triliun lebih. Demikian dikatakan Wakil ketua Umum Bidang Ekonomi dan Kerjasama Internasional, Kadin Provinsi Riau, Viator Butar Butar. "Kerugian sebesar tersebut muncul antara lain akibat menurunnya produktivitas usaha, mobilisasi barang dan orang melalui transportasi darat, udara dan laut tertunda dan terganggu akibat kabut asap itu," kata dia di Pekanbaru, Kamis (27/2). Tanggapan tersebut disampaikannya menyusul Pemerintah Provinsi Riau menetapkan status tanggap darurat kabut asap dengan kejadian luar biasa akibat terjadinya kebakaran hutan dan lahan untuk membuka lahan baru bagi perkebunan kelapa sawit. Sementara itu Riau sudah masuk dalam kejadian luar biasa karena tujuh kabupaten/kota sudah menyatakan daerah mereka dalam status tanggapan darurat. Menurut Viator, jika dihitung PDRB Riau setiap tahun yang mencapai Rp342,69 triliun lebih, maka diperkirakan sebulan saja terganggunya aktivitas usaha sebagai dampak kabut asap maka 30 persen dari total produktivitas dikali dengan Rp342,69 triliun PDRB Riau ditemukan kerugian sebesar Rp10 triliun itu. Belum lagi, akibat arus barang dan orang yang tertunda, harga ikan di pasaran naik dari sebelumnya Rp20 ribu menjadi Rp30 karena kapal penangkap ikan menunda berlayar karena terhalang kabut asap. "Transportasi laut, udara, dan darat merupakan urat nadi perekonomian, jika terganggu maka produktivitas otomatis akan anjlok," katanya dan menambahkan dihitung kerugian di bidang kesehatan tentunya akan lebih banyak merugi lagi. Dampak kabut asap, katanya lagi, banyak warga yang terserang ISPA dan memicu penyakit Asma, dan jantung bahkan ini juga berimplikasi lanjutan ke depan dimana anggaran yang dikeluarkan oleh negara dna pribadi untuk membiayai warga yang terserang ISPA dan penyakit lainnya itu cukup besar. Selain anggaran yang dikeluarkan besar, katanya, dan jika sakit, tentu orang tidak akan bisa berkerja secara produktif sehingga semua pihak harus sadar bahwa dampak kabut asap sangat multidimensional. Ia berharap ke depan perusahaan jangan melihat untungnya saja tanpa peduli akabut asap ini, karena siapa karyawan yang akan mau bekerja memanen sawit jika kabut asap terjadi selama sebulan itu. "Pemerintah kabupaten dan kota terkait harus segera melakukan pemadaman tentunya didukung oleh tekhnologi serta membuat hujan buatan," katanya.(Ant)


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar