Edy Sindrang: Konflik Harimau VS Manusia Pertanda Habitatnya Terusik
Edy Sindrang.
GAGASANRIAU.COM, TEMBILAHAN-Konflik harimau sumatera dengan manusia di Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, pertanda habitatnya terusik. Sudah dua orang tewas mengenaskan.
Konflik manusia dengan harimau ini semakin menjadi-jadi setelah tewas Jumiati (33 tahun), Rabu (3/1/2017), seorang Karyawati yang berkerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State PT Tabung Haji Indo Plantation (PT THIP) (dulunya PT Multi Gambut Indonesia) yang beroperasi di wilayah Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran.
Selanjutnya seorang kuli bangunan bernama Yusri Efendi (34 tahun), warga Desa Pulau Muda, Kecamatan Pulau Muda, Kabupaten Pelalawan, Riau. Sabtu, 10/3/2018. Tewas mengenaskan diterkam harimau saat bekerja membuat bangunan sarang burung walet di Tanjung Simpang.
Menanggapi kejadian Ini, Edy Hariyanto Sindang mengatakan peristiwa serangan dan teror binatang buas tersebut tidak terlepas dari pengaruh lingkungan yang sudah beralih fungsi, yaitu gundulnya hutan menjadi perkebunan industri.
''Terjadi konflik manusia dengan satwa liar di Tanjung Simpang, sangat keterkaitan dengan habitat satwa yang sudah banyak beralih fungsi. Bisa berubah jadi perkampungan, perkebunan sawit, dan hutan tanaman industri,'' sebut Edy Sindrang
Menurut Edy, teror harimau sumatera yang semakin mengancam warga setempat tersebut merupakan gejala-gejala dari semakin rusaknya hutan kita, yang dapat dianalisa melalui keberadaan dan tingkah laku binatang sebagai penghuni hutan, bisa diakibatkan indikasi hilangnya hutan, keanekaragaman hayati dan juga kestabilan iklim.
''Kondisi habitat satwa liar yang terus berkurang membuat wilayah jelajahnya berkurang. Mata rantai makanan otomatis juga berkurang, kondisi itu sangat memungkinkan satwa liar akhirnya mencari makan mendekati permukiman penduduk. Kita menduga ini merupakan alih fungsi hutan konsensi ribu hektare hutan hujan – termasuk hutan lahan gambut dalam yang merupakan habitat terakhir harimau diduga habis dibabat ulah tangan oknum tak bertanggung jawab. Dialih fungsikan menjadi wilayah yang diidentifikasi sebagai konsesi perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman industri,'' sebutnya
Untuk itu Edy Sindrang meminta kepada Pemerintah pusat dan daerah untuk melakukan review Amdal dan izin lingkungan korporasi Hutan Tanam Industri (HTI) dan Sawit yang beroperasi di Kabupaten Indragiri Hilir. Menurutnya, konflik satwa dan manusia di Tanjung Simpang terjadi disebabkan terganggunya habitat satwa oleh aktivitas konsesi HTI dan perusahaan sawit.
''Sejak tewasnya dua orang manusia di area PT THIP itu, kita meminta kepada pemerintah agar melakukan upaya yang serius untuk melindungi warga dari potensi konflik satwa dan manusia. Minggu depan akan kita panggil dinas terkait dan BLH atas meninggalnya dua orang diterkam harimau sumatra di konsensi PT THIP. Sekaligus mempertanyakan AMDAL dan izin lingkungan perusahaan,'' ujarnya
Terakhir Edy Sindrang menuturkan, kematian dua orang korban tersebut tidak seharusnya terjadi jika pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten hingga KLHK melakukan evaluasi dan pemulihan SM Kerumutan sebagai habitat harimau Sumatera yang telah dirusak oleh korporasi sawit dan HTI di lansekap Kerumutan salah satunya terdiri atas Suaka Margasatwa (SM Kerumutan) berada di Kabupaten Pelalawan, Indaragiri Hulu dan Indragiri Hilir, seluas sekira 120 ribu hektar.
''Teror harimau ini semakin menjadi-jadi mengakibatkan trauma dan ketakutan masyarakat setempat. Belum lagi terhambatnya aktifitas masyarakat, tentu akan berpengaruh kepada perekonomian masyarakat. Maka dari itu kita minta kepada Pemerintah agar melakukan tindakan nyata,'' tutupnya.***
Reporter: Daud M Nur
Editor : Evi Endri
Tulis Komentar