Daerah

Teror Buaya, Nelayan Sungai Luar Dibayangi Ketakutan

Foto ilustrasi nelayan. (TrubusNews)
Ketakutan membayangi kurang lebih 50 kepala keluarga yang mayoritas sebagai nelayan di Sungai Luar, Kecamatan Batang Tuaka, Indragiri Hilir, Riau.
 
 
Ketakutan tersebut dikarenakan seringnya muncul sekawanan buaya ganas yang sering muncul di permukaan sungai seakan mengincar buruannya.
 
Para nelayan merasa risau dan terancam, apalagi pada tanggal 28 April 2020 lalu, nalayan bernama Jasmi (29) tewas diterkam buaya berukuran besar.
 
 
Baru-baru ini kembali nelayan hampir saja diseret buaya, dan tak kalah besarnya buaya yang menerkam Jasmin yang sempat membuat heboh warga setempat.
 
 
Ketua Pemuda Desa Sungai Luar, Rizal, mengungkapkan pada tanggal 23 Juli 2020, seorang nelayan bernama Midi (40) selamat dari incaran buaya ganas saat ia membersihkan udang.
 
"Posisi nelayan lagi bersihkan udang hasil tangkapan, tiba-tiba seekor buaya langsung menyambar ke arah leher, untung sempat melihat buaya itu dan sempat mengelak dan teletang di sampan," terang Rizal seperti keterangan korban, Rabu (29/7).
 
Dipaparkan Rizal, buaya itu mengganas, namun anak korban melihat ayahnya tertelentang di sampan, langsung memukul buaya itu pakai tongkah pukat. Buaya kembali ke air dan mengejar sampan mereka.
 
"Buaya itu mengejar, tapi dilempar menggunakan ayakan udang, sehingga ayakan itu diseret hingga hancur," sambungnya.
 
Akibat kejadian itu, seluruh nelayan Sungai Luar merasa was-was menjalankan aktivitasnya di laut untuk mencari ikan.
 
Warga Sungai Luar Galang Dana Biaya Datangkan Pawang
 
Dengan mengganasnya buaya di sepanjang Sungai Batang Tuaka, masyarakat Desa Sungai Luar sepakat untuk menggalang dana  mendatangkan pawang menangkap buaya tersebut.
 
"Kita sudah koordinasi dengan Pemerintah Desa dan Bhabinkamtibmas untuk menggalang dana," sebut Rizal.
 
Penggalangan dana sudah dilaksanakan dua hari yang lalu dengan melibatkan elemen masyarakat dan para pemuda sungai luar.
 
Rizal berharap buaya liar di sepanjang sungai Batang Tuaka segera di evakuasi sebelum memakan korban lagi seperti kejadian yang sudah-sudah.
 
Rizal mengharap kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau untuk turun kelapangan mengamankan buaya ganas tersebut sebelum warga mengambil tindakan.
 
"Harus secepatnya mencarikan solusinya, karena ini menyangkut pendapatan perekonomian para nelayan," pintanya.
 
Terakhir Rizal mengatakan memang aligator ini merupakan satwa liar yang dilindungi. 
Hal tersebut menyangkut tentang Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Hayati dan Ekosistemnya. Namun hewan ini sangat membahayakan nelayan setempat.
 
Jika BKSDA tidak mengambil tindakan, kata Rizal, warga akan memakai hukum adat, karena warga yang awam peraturan akan mengabaikan UU. 
 
"Memang itu melanggar aturan dan perundang-undangan, tapi ini berbicara hati, hampir 15 persen warga berprofesi sebagai nelayan," terangnya.
 
Beda dengan pemburu, paparanya, atau membunuh dan menangkap reptil ini untuk kepentingan dijual atau sengaja memusnahkan habitatnya, baru ini boleh dikatakan kejahatan konservasi," tutupnya
 


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar