Hukum

Seorang Anak di Inhil Tewas Diterkam Hewan Buas

Jasad seorang anak di Inhil yang diduga diserang oleh Harimau

GAGASANRIAU.COM, TELUK KABUNG - Seorang anak berinisial MS diserang harimau ganas hingga tewas.

Kejadian mengenaskan tersebut di Desa Teluk Kabung, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), tepatnya dikawasan PT MSK.

Ibu korban sempat menyaksikan harimau menyeret MS saat tidur di sampingnya di camp PT Usaha Berkat Fangarato (UBF). 

Kepala Bidang Teknis Balai Besar KSDA Riau, M Mahfud, mengatakan pihaknya mendapat laporan terkait konflik satwa liar dari Kepala Unit PT MSK.

Manfud mengatakan korban merupakan anak pekerja pada perusahaan PT UBF salah satu kontraktor penanaman di  PT MSK. Saat turun ke lokasi kejadian tengah ada aktivitas penanaman.

‘’Korban dilaporkan diserang Ahad (31/10) dinihari sekitar pukul 00.05 WIB,’’ jelas Mahfud.

Serangan diduga harimau diketahui berawal saat ibu korban mendengar jeritan minta tolong anaknya yang sedang tidur bersamanya di dalam camp (pondok kerja).

‘’Jadi saksi ibu korban mengaku terbangun dan melihat samar anaknya seperti diseret keluar dari pondok kerja. Sehingga ibunya langsung keluar pondok, namun tidak melihat keberadaan anaknya yang saat itu suasana begitu gelap,’’ jelas Mahfud.

Dengan keadaan panik, ibu korban langsung mencari senter, untuk membantu penglihatan mencari anaknya. Lebih kurang 60 meter dari camp, anaknya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

‘’Tim melaporkan ada bekas luka cakaran dan gigitan di bagian kepala serta tengkuk korban,’’ jelas Mahfud.

Saat kejadian berlangsung ayah korban sedang tidak berada di lokasi, dan sang ibu korban langsung meminta teman sesama pekerja di camp di sekitar lokasi. 

Adanya laporan dari ibu korban, pekerja lainnya langsung menghubungi keluarga korban yang berada di PT Bina Duta Laksana (BDL) dan menghubungi sekuriti PT MSK. 

Sekitar pukul 01.05 WIB, pihak sekuriti langsung mengevakuasi korban dan dibawa ke Pos P3K dalam kondisi sudah meninggal.

Dari lokasi jasad MS pihak security melaporkan dugaan serangan harimau. Sehingga pihak kepolisian melakukan visum tindakan medis.

‘’Hasil diagnosis awal kematian disebabkan oleh Death On Arrival ec. Gigitan binatang buas. Korban selanjutnya dibawa ke rumah duka dan dimakamkan,’’ ujar Mahfud.

Atas peristiwa ini, Mahfud menyampaikan belasungkawa terhadap korban bersama dengan pihak perusahaan serta dan TNI melakukan mitigasi konflik satwa.

Lebih lanjut Mahfud mengatakan tim di lapangan juga melakukan sosialisasi untuk mencegah konflik susulan dan mengimbau karyawan yang ada di sekitar kejadian agar hati-hati dan waspada serta tidak melakukan aktivitas pada waktu pagi dan sore hari.

‘’Yang penting tim juga menyampaikan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi kejadian agar tidak memasang jerat atau melakukan tindakan anarkis terhadap satwa liar yang dilindungi termasuk Harimau Sumatera,’’ ujarnya.

Setelah kejadian ini pihak perusahaan memutuskan untuk menghentikan aktivitas sementara dan memindahkan seluruh pekerja yang berada di TKP dan sekitarnya ke camp induk PT MSK. 

‘’Tanggal 1 November 2021 Balai Besar KSDA Riau melaksanakan rapat bersama para pihak untuk merumuskan rencana tindaklanjuti penanganan konflik,’’ ujar Mahfud.

Saat ini, jelas Mahfud, tim di lapangan juga sedang melakukan identifikasi terhadap individu satwa yang berkonflik dengan penambahan pemasangan tiga kamera trap.

‘’Ada sebanyak 10 unit yang mencakup wilayah konsesi dan sekitarnya. Untuk mengetahui satwa yang menyerang MS, tim juga memasang umpan pada titik titik tertentu dalam rangka menarik pergerakan satwa ke kamera trap. Kemudian, memasang jerat di sekitar jalur jelajah satwa bersama pihak terkait,’’ katanya.

Langkah lainnya, tim di lapangan juga turut mendorong perusahaan untuk meningkatkan patroli dan pengawasan pada pusat-pusat aktivitas kerja. Kemudian, turut mengusulkan agar pihak perusahaan untuk merubah pola penempatan pondok kerja lapangan (mobile camp) menjadi lebih terpusat.

‘’Tujuannya agar para pekerja bisa lebih terkontrol dan saling menjaga serta lebih menjamin keamanan dari serangan satwa liar,’’ jelas Mahfud.

Langkah sosialisasi terkait mitigasi konflik terhadap para pekerja dan pihak yang berada di sekitar lokasi, untuk mendorong perusahaan untuk lebih meningkatkan peran satgas penanganan konflik dan melakukan patroli secara mobil.

Mahfud juga mengimbau semua pihak yang memiliki izin yang di dalamnya merupakan wilayah jelajah pergerakan Harimau Sumatera agar bisa menciptakan kondisi kerja yang bersahabat dan lebih antisipatif dengan peningkatan pengawasan melalui patroli baik pengawasan pekerjaan maupun aktivitas illegal seperti perburuan atau pemasangan jerat.

‘’Kami menghimbau agar para pekerja menjaga kewaspadaan secara rutin, melakukan operasi sapu jerat, melakukan monitoring satwa liar secara rutin dan melaporkannya,’’ pungkasnya.


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar