Daerah

Partai Komunis Dianggap Memiliki Ideologi Yang Jelas

[caption id="attachment_7300" align="alignleft" width="300"]kongres partai komunis china kongres partai komunis china[/caption]

gagasanriau.com ,Jakarta-Partai Komunis China (PKC) dianggap memiliki cerita sukses. Di bawah kepemimpinannya, negara berpenduduk lebih dari 1,3 miliar jiwa itu meraih sukses di bidang ekonomi.

Negeri itu juga berdaulat di bidang politik dan keamanan. Oleh karena itu, sejumlah anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) berangkat ke China pertengahan bulan Oktober lalu. Di sana mereka belajar tentang cara-cara PKC mengkader anggotanya.

Lantas apa yang membedakan PKC dengan partai-partai di Indonesia? Benarkah ideologi menjadi “pegangan” utama bagi partai? Wartawan SH, Tutut Herlina mewawancarai Anggota PDIP Eva Kusuma Sundari, pekan lalu. Eva merupakan ketua delegasi PDIP selama di China. Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana awal terjalinnya kerja sama pendidikan partai antara PKC (Partai Komunis China) dengan PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)?

Sebenarnya mereka (PKC) punya hubungan dengan partai besar, Demokrat, PDIP, Golkar, dan PKS (Partai Keadilan Sejahtera). PDIP dan Golkar yang paling memanfaatkan.

Golkar sudah tiga angkatan. Awalnya kami memilih belajar terkait administrasi. PDIP sebenarnya juga kerja sama dengan Partai Buruh Australia, Inggris, dan Jerman. Dengan Australia, Inggris, dan Jerman, mereka yang menentukan agendanya.Tetapi China beda. Mereka menyesuaikan dengan kebutuhan kita.

Sudah ada berapa delegasi yang berangkat ke China untuk belajar? Sudah ada delegasi empat kali yang datang ke sana. Yang pertama adalah kelompok perempuan.

Mereka belajar tentang kredit dan penanganan soal perempuan. Kelompok kedua belajar tentang kaderisasi sekolah partai dan kelompok pertanian. Ketiga belajar hubungan internasional, dan angkatan keempat belajar lagi kaderisasi sekolah partai. Mengapa PDIP bisa menentukan paket sendiri?

Mungkin karena politik luar negeri China untuk dekat dengan ASEAN. Saat ini generasi politik yang baru, terkait juga dengan situasi politik China yang agresif. Untuk Afrika, paketnya beda. Mereka sudah ditentukan oleh China. Pabrik China di Afrika banyak banget.

Setelah empat kali memberangkatkan delegasi ke China, apa perbedaan yang terlihat antara Indonesia dan China? Jelas beda. Sistem politik dan kepartaian beda. Di sana, partai menentukan pemerintah. Kita di sini, program tergantung pemerintah.

Kita adopsi pintar-pintarnya lah. Rencana strategi (renstra) dan penentuan jabatan di China digodok di partai oleh komite organisasi. Metode PKC untuk pengkaderan berdasarkan self assesment, internal research.

Metode ini bisa diadopsi PDIP. Suply and demand harus diperhatikan. Metode partispatoris harus diadopsi PDIP.

Tahun depan akan ada academic meeting para rektor di Yogyakarta. Academic meeting itu akan menghasilkan renstra dan bikin sekolah partai. Untuk sekolah partai ini bukan hanya soal hardware, melainkan juga software.

Kita akan cari. Mereka (PKC) ada paket wajib. Yakni sejarah partai, komunisme China, nasionalisme berlandaskan pemikiran Mao Zedong.

Paket pelajaran sesuai kebutuhan daerah setempat. Paket di Kota Shanghai tidak akan sama dengan Guiyang. Paketnya pilihan sesuai kebutuhan lokal.

Yang membedakan lagi, nepotisme di sana dirasionalkan, terukur, objektif, yang tepatnya meritokrasi. Apa pelajaran yang dipetik dari pengkaderan di sana? Jadi, kader tidak boleh seperti obralan.

Semuanya berdasarkan deployment. Yang bikin kaget yaitu, mereka tidak bisa menjadi anggota sebelum mendapat izin dari kandidat terlebih dulu. Itu juga dievaluasi. Di Indonesia, jadi kader partai itu diobral pakai iklan. Bahkan, ada kader latar belakangnya empat partai tanpa ada kaderisasi.

Ada cerita nyata, pegawai Departemen Luar Negeri itu setelah 25 tahun baru mendapat KTA (Kartu Tanda Anggota). Kaderisasi dikendalikan komite organisasi. Penilaian masyarakat sangat mempengaruhi. Kalau ada yang kawin siri, saat bencana alam tidak berbuat apa-apa, tidak akan mungkin dijadikan anggota.

Jadi, untuk menjadi anggota partai atau naik jabatan di sana, yang paling penting harus ada acc dari masyarakat sekitar. Tidak seperti di Indonesia, tidak ada evaluasinya. Meskipun anak pejabat, tetap saja mereka harus melewati jabatan yang paling bawah. Tidak bisa langsung di posisi atas.

Apakah PDIP sudah melakukan seperti yang dilakukan PKC? Masih jauh banget. Itu (cara pengkaderan dan evaluasi) yang akan kita usulkan di Kongres mendatang. Cabang punya KTA kalau sudah lima tahun.

Jangan karena dia bawaannya elite partai, terus jadi. Kadang-kadang kita tidak tahu dipimpin sama siapa. Tiba-tiba sudah memimpin saja. Jika PDIP akan membuat sekolah partai, materi apa yang akan diajarkan?

Sejarah partai, AD/ART dan Marhaenisme. Mengapa PKC konsisten menjalankan ideologinya, sedangkan partai di Indonesia tidak? Karena mereka pragmatis. Self assesment dan riset, serta keinginan untuk melanggengkan kekuasaan.Tapi semuanya itu harus berbasis kerja. Posisi tinggi harus melalui pendidikan.

Apakah kesempatan mendapatkan pendidikan itu diberlakukan untuk seluruh anggota? Seluruh anggota dan mereka akan tergerak sendiri. Pendidikan itu semacam sertifikasi. Untuk naik jabatan mereka harus terus mendapatkan pendidikan.

Apakah PKC teguh memegang ideologi? Mereka memegang ideologi komunisme, bahkan kencang sekali.  Maoisme di sana seperti dewa.

Kesetiaan mereka kepada ideologi membawa kemajuan di China. Di sana, ideologi dan nasionalisme menjadi sumber membawa kemajuan. Di Indonesia, ada Pancasila tetapi tidak diapa-apakan. Nasionalisme China, Maoisme di sana mendarah daging. Tapi jangan dilihat mereka ateis. Itu tidak benar.

Hanya sistem pemerintahannya saja komunis. Memang yang tidak beragama banyak, tetapi orang mau ibadah atau tidak itu adalah pilihan pribadi. Apa yang membuat para kader di sana setia pada ideologi atau nasionalisme?

Karena mentalitas pemimpinnya. Mentalitas pemimpin kita yang komprador membuat nasionalisme susah dijalankan. Di sana, kepentingan nasional yang menang. Mereka setia pada konsensus negara.

Di kita, kepentingan pribadi yang dominan. Bagaimana caranya agar partai di Indonesia bisa memegang teguh ideologi dan kemudian mempraktikannya?

Partai kita masih muda banget. Baru 15 tahun berdemokrasi. Jadi saya pikir, siapa yang serius akan terpilih. Jadi, akan ada seleksi alam. Partai yang berlandaskan ideologi yang akan bertahan. PDIP ingin jejeg (tegak) menjadi partai yang dibangun berdasarkan ideologi.

(sh/kp)


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar