GAGASANRIAU.COM, PEKANBARU - Sebanyak empat panti asuhan yang tersebar di Indonesia siswa dan siswinya terindentifikasi alami permasalahan gizi.
Hal tersebut terungkap setelah mahasiswa kedokteran CIMSA Region 2 melakukan survei ke panti asuhan di Pekanbaru, Padang, dan Lampu sebagai sampel.
Berdasarkan hasil survei yang mereka lakukan terdapat sebesar 45,9 persen anak-anak dari empat panti asuhan tersebut mengalami permasalahan pada status gizi.
Untuk mengatasi permasalah gizi tersebut, Mahasiswa kedokteran CIMSA 2021-2022 akan terjun ke lapangan dengan melakukan aktivitas berkelanjutan.
"Adapun metode aktivitas berkelanjutan tersebut, yakni menerapkan teknik pre-activity training, live instagram, field team, dan social experiment," kata Yogi Amorega selaku Regional Coordinator Region 2 CIMSA 2021-2022.
Kegiatan dimulai pada hari Minggu (13/03/2022) dengan melakukan training dengan target volunteer dan mahasiswa kedokteran yang akan terjun ke lapangan.
Kegiatan berlanjut dengan melakukan live instagram dengan topik nutrisi dan healthy lifestyle selama pandemi sebanyak dua episode pada Kamis (17/03/2022).
Kegiatan survei itu nantinya bersama dr. Imelda Tresia Pardede, M.Gizi, Sp.KK (Nutritionist dan Dokter Spesialis Kulit & Kelamin) dan Sabtu (26/03/2022), Josselin Mabel Rios Garcia (IFMSA Program Coordinator for Healthy Lifestyle & NCDs) yang berasal dari negara Peru.
Untuk kegiatan lapangan, kata Yogi, dimulai pada Minggu (27/06/2022) yang dilakukan di tiga kota yaitu Pekanbaru, Padang, dan Lampung dengan target anak-anak panti asuhan di setiap kota.
"Edukasi tentang gizi seimbang dilakukan dengan metode interaktif sesuai umur anak-anak seperti lagu, gerakan tari, senam dan permainan edukatif" paparnya.
"Pemeriksaan antropometri dilakukan untuk mendeteksi status gizi anak, selanjutnya anak dengan masalah gizi akan dilakukan konsultasi bersama mahasiswa kedokteran secara bergilir," sambungnya.
Budaya literasi juga akan ditingkatkan dengan memberikan 100 buku dari para donatur dan meminta pengurus panti asuhan untuk melakukan pengawasan kepada anak agar senantiasa membaca buku.
Selanjutnya mahasiswa akan menindaklanjuti kegiatan selama 10 hari untuk mengecek berapa jumlah buku yang sudah dibaca anak, peningkatan budaya literasi anak, pemeriksaan antropometri kembali dan mengevaluasi apakah anak-anak tetap dapat mengingat ilmu yang sudah diberikan pada beberapa hari yang lalu.
Social experiment dilakukan pada Rabu (06/04/2022) untuk melihat sikap dan pemahaman anak-anak yang berada disekitar lingkungan volunteer terhadap gizi seimbang.
“Dengan adanya aktivitas seperti ini kami berharap setiap orang dapat memahami pentingnya menjaga kesehatan dengan cara yang sederhana dan dapat dijangkau masyarakat, doa kami menyertai setiap orang yang mau berusaha untuk hidup lebih sehat” ujar Yogi.
Yogi menjelaskan mengenai gizi, malnutrisi secara bahasa berarti “gizi salah”. Gizi salah dapat berarti kekurangan gizi bisa juga berarti kelebihan gizi. Tetapi pengertian umum yg digunakan oleh World Health Organization (WHO), malnutrisi berarti kekurangan gizi.
Gizi kurang merupakan bentuk malnutrisi akibat kekurangan ketersediaan zat gizi yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh. Salah satu indikasi kurang gizi adalah lambatnya pertumbuhan yg dicirikan menggunakan kehilangan lemak tubuh pada jumlah berlebihan, baik dalam anak-anak juga orang dewasa.
Malnutrisi dalam anak dicirikan oleh tiga bentuk yaitu stunting yg berarti tinggi badan kurang berdasarkan umur (TB/U), wasting yg berarti berat badan kurang berdasarkan umur (BB/U), & undernutrition berat badan kurang berdasarkan tinggi badan (BB/TB).