Opini

POTRET KEMISKINAN, PENARIK BECAK TEMBILAHAN TERBUJUR KAKU

Tukang becak saat ditemukan meninggal dunia di Jalan Jenderal Sudirman, Tembilahan, Minggu siang (12/1/2020).
Kerasnya kehidupan membuat mereka yang sudah usia lanjut (Lansia) pun harus tetap bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarga si pengayuh becak di Kota Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. 
 
Ratusan para tukang becak di Tembilahan tak peduli dengan persaingan saat ini. Meski tranportasi tradisional ini kurang diminati pengguna, namun mereka tetap mengayuh becaknya yang sudah reyot dan berkarat. 
 
Inilah potret kemiskinan di Kota Tembilahan yang sangat menyayat hati, puluhan tahun mereka menggeluti pekerjaan yang dinilai tidak manusiawi ini. Yang sangat mengejutkan warga Indragiri Hilir, si pengayuh becak ditemukan terbujur kaku di Jalan Jenderal Sudirman, Tembilahan, Minggu siang (12/1/2020).
 
Lansia malang tersebut bernama Tamjudin (64), Warga Jalan Prof M Yamin, Gang Sempurna, Tembilahan. Usianya tampak sudah tidak layak berkerja, namu karena kondisi keuangan dan tidak mampu untuk terus bertahan membuat Tamjudin harus berada pada kondisi yang sangat menyakitkan. Inilah fakta dan realita, diduga kelelahan si tukang becak meninggal dunia di atas becaknya yang sudah berkarat.
 
Awalnya, seorang saksi bernama Suryadi (34) mengira Tamjudin sedang tertidur di atas becak. Namun, Suryadi melihat kejanggalan dengan posisi tidur, Tamjudin, yang menyamping hingga hampir terjatuh ke aspal jalan.
 
"Curiga tukang becak tersebut telah meninggal dunia, kemudian Suryadi melaporkan kejadian tersebut kepada Piket Mapolsek Kawasan Pelabuhan," tutur Kapolsek KSKP, IPDA Ridwan kepada awak media, Minggu (12/1)
 
Si pengayuh becak malang itu dibawa ke Rumah Sakit Puri Husada Tembilahan. Dari hasil pemeriksaan oleh pihak medis tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Selanjutnya jenazah korban diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.
 
Berdasarkan keterangan anak kandung korban, yakni Arman Jaya, sang Ayah, Tamjudin memang memiliki riwayat penyakit darah tinggi.
 
Ini bukan kali pertama pengayuh becak ditemukan meninggal dunia, pada 17 Januari 2018 lalu seorang pria lanjut usia (lansia) ditemukan meninggal dunia diatas becak di Jalan Baharuddin Yusuf, Tembilahan. Menurut penuturan warga yang berada di Tempat Kejadian Perkara (TKP), si pengayuh becak tersebut ditemukan tidak bergerak di atas becak yang terparkir di pinggir jalan tersebut. 
 
MENGUKUR PENDAPATAN TUKANG BECAK BEROPERASI DI TEMBILAHAN
 
Menurut pengakuan salah seorang tukang becak, Haris (82 tahun), tarikan becaknya hanya mampu menghasilkan uang 25.000 sampai dengan 30.000 perhari. Bahkan tidak dapat penumpang sama sekali, itu diakibatkan gairah pengguna becak sangat minim.

Baca Juga: NASIB TUKANG BECAK DI TEMBILAHAN

Inilah realitas yang ada, garis kemiskinan si tukang becak diukur dengan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran si tukang becak.

Dengan kebutuhan tersebut, tidak jarang ditemukan penarik becak masih berkeliaran sampai malam hari. Padahal usia mereka sudah memperihatinkan, itu semua tuntutan ekonomi yang harus dipenuhi. Artinya nasib pengayuh becak harus ditanggapi dengan serius, masih banyak penarik becak yang lansia.
 
REALITAS TARIKAN BECAK BELUM ADA SOLUSI & INOVASI DARI PEMERINTAH
 
Untuk meningkatkan pendapatan penarik becak, perlu  inovasi agar lebih manusiawi. Artinya pemerintah Indragiri Hilir harus mencarikan formula, dari becak tradisional menjadi becak modern.
 
Inovasi tersebut untuk menyelamatkan perekonomian para tukang becak yang dinilai masyarakat ekonomi bawah dengan memodifikasi dan dikemas dengan baik. Bukan tak mungkin becak malah bisa jadi ikon wisata yang menarik di Indragiri Hilir dan tetap eksis.
 
Jika ada inovasi dari Pemerintah, keberadaan becak akan kembali diterima oleh masyarakat dan menjadi daya tarik para pengguna angkutan becak tersebut, dengan mengkonversinya menjadi becak yang digerakkan mesin tanpa menghilangkan keaslian bentuk becak itu sendiri.
 
Penulis: Daud M Nur


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar