Lingkungan

Hari Mangrove Sedunia, Hasanuddin: Selamatkan Bumi dan Kemanusiaan

Hasanuddin (kiri) mengenakan tanjak dan baju hitam. Dok.net

Menyambut hari mangrove sedunia pada 26 Juni 2022, suku Duanu yang merupakan suku bangsa Melayu Tua di pesisir sungai Indragiri akan menggelar aksi penanaman 1.000 pohon mangrove atau bakau.

Penanaman pohon bakau itu bertema 'Duanu Peduli Mangrove' yang akan digelar di kawasan hutan pesisir Desa Sungai Bela, Kecamatan Kuindra, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.

Ketua Umum Ikatan Keluarga Duanu Riau (IKDR), Hasanuddin mengatakan, aksi penanaman bakau itu dalam rangka memagari laut untuk menyelamatkan kehidupan, menyelamatkan bumi, dan kemanusiaan sebagai bentuk kearifan lokal dalam menjaga kelestarian hutan mangrove.

"Aksi penanaman mangrove ini sebagai upaya memagari sungai untuk menyelamatkan bumi dan kemanusiaan," kata Hasanuddin yang juga Anggota Komisi III DPRD Inhil itu, Kamis (21/7).

Hutan bakau sangat penting bagi kehidupan manusia, karena tanpa hutan bakau maka akan terjadi abrasi pantai dan intrusi air laut berpotensi mengurangi setiap jengkal luas daratan yang berpengaruh dan berdampak kepada kerusakan kebun masyarakat.

"Masyarakat Duanu yang bermukim di pesisir pantai sungai Indragiri bertahan hidup dari hasil laut (nelayan_red)," sebutnya.

Maka dari itu, kata Hasanuddin, pentingnya aksi peduli mangrove dalam menyelamatkan berbagai kehidupan melalui rehabilitas hutan dan lahan melalui konservasi tanah dan air serta reboisasi penghijauan hutan bakau.

Bukan hanya berkenaan dengan kemanusiaan dan kehidupan, aksi peduli mangrove itu juga dalam rangka menghadapi ancaman global sangat serius yang dihadapi seluruh dunia saat ini yang akan rentan menimbulkan bencana alam.

"Ini serius, fenomena alam akan menghampiri kehidupan manusia. Seperti banjir, erosi tanah longsor, kekeringan pemanasan global yang akan mengundang kebakaran lahan cukup luas," sebutnya.

Jika bencana alam sudah melanda akibat rusaknya lingkungan alam oleh manusia tak bertanggung jawab, maka akan dihadapkan dengan kepunahan dan hilangnya beberapa jenis floura dan fauna akibat ekosistem tidak terkontrol lagi.

Melalui pengamatan rusaknya hutan bakau, Hasanuddin mengajak suku Duano dan masyarakat ikut berkontribusi melangkahkan kaki meramaikan aksi penanaman mangrove itu yang akan berfunsi menguatkan dan mencegah bencana alam.

"Pohon bakau dapat menata, menyerap dan menyimpan air lahan menjadi subur. Kelembaban tanah dan udara dan iklim dapat terjaga sesuai dengan keseimbangannya," paparnya.

Dimana pohon mangrove memiliki fungsi mengendapkan lumpur di akar-akar pohon bakau sehingga dapat mencegah terjadinya intrusi air laut ke daratan dalam mengendalikan dan keseimbangan alam.

Pohon Mangrove juga mempunyai beberapa keterkaitan dan kontribusi dalam pemenuhan kebutuhan manusia, baik fungsinya dalam penyediaan bahan pangan, papan, kesehatan, dan untuk lingkungan.

Untuk diketahui, faktor utama kerusakan mangrove adalah alih fungsi lahan baik untuk tambak, pemukiman, dan infrastruktur lainnya. Bukan hanya itu, kejahatan lingkungan juga sering terjadi, seperti perambahan hutan mangrove secara ilegal.

Selain kejahatan lingkungan, juga minimnya kesadaran manusia akan bahayanya membuang sampah sembarangan yang berujung rusaknya ekosistem laut. Padahal eksistensi laut seperti ikan, kepiting, dan biota lain yang berperan besar secara ekologi dan ekonomi.

"Penyebab kerusakan lainnya adalah limbah dan sampah rumah tangga," kata mantan Kades Sungai Bela itu.

Maka dari itu melalui aksi itu, kata Hasanuddin, masyarakat diajak sadar akan pentingnya menjaga ekosistem mangrove dan disiplin dalam membuang limbah dan sampah rumah tangga demi keberlangsungan kualitas dan keseimbangan alam.


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar