Daerah

Kali Ini Sampah Jadi Ancaman Bagi Warga Pekanbaru, Harganya Selangit Tak Bayar Kena Sanksi

kwitansi Sampah milik Manurung
‎"Dua orang petugasnya. Pertama dia (petugas pemungut,red) meminta Rp60 ribu, saya tak mau bayar. Lalu dia menurunkan harga Rp40 ribu, saya menolak karena harga terlalu tinggi," kata A Manurung, kepada wartawan.‎

‎Menurut pengelola loket bus itu, harga yang diminta oleh oknum petugas pemungut retribusi sangat tidak masuk akal. Sebab, biasanya dia hanya membayar retribusi sampah melalui Camat secara resmi paling tinggi Rp15 ribu.

‎"Sampah saya cuma puntung rokok dan tisu. Itupun kami bakar. Adapun sampah botol air mineral diambil oleh pemulung," ketusnya.

‎Dari situ, terjadilah perdebatan antara dirinya dengan oknum petugas pemungut retribusi DKP Pekanbaru. Karena tidak mau berdebat, 2 orang oknum petugas itu lalu memberikan nomor handphone Kabid di DKP Pekanbaru.

‎"Saya telepon nomor yang diberikan petugas itu. Katanya, kalau bapak keberatan, bapak layangkan Surat keberatan sama dinas (DKP, red) saja. Ngapain saya layangkan surat keberatan sama mereka (DKP, red). Kalau keberatan saya layangkan surat ke Anggota DPRD Pekanbaru dong," tukasnya.

‎Yang membuatnya lebih kesal lagi, 2 orang petugas itu bahkan memaki-maki karyawannya dengan memunculkan kata-kata yang tidak beretika dengan menjurus ke arah SARA (Suku Agama Ras dan Antargolongan).


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar