Ekonomi

PT Sambu Bantah Harga Kelapa Rp1.500

PT Pulau Sambu. Dok.net

GAGASANRIAU.COM, TEMBILAHAN - Akhir-akhir ini masyarakat petani Indragiri Hilir mengeluhkan terjun bebasnya harga jual buah kelapa Rp.1.500 perkilogram.

Informasi turunnya harga jual kelapa tersebut didapat dari petani belum lama ini. Bahkan kuota bongkar pun dibatasi sehingga buah hasil panen sulit untuk dijual.

Baca Juga: Pinang, Kelapa, Sawit di Inhil Anjlok Parah

Awak media mencoba mengkonfirmasi pihak PT Sambu Grub, melalui A Ginting mengatakan harga beli buah kelapa masih tergolong stabil dengan kisaran 2.300 perkilogram.

"Saat ini harga kelapa bulat (KB) licin pada pancang di daerah Tembilahan masih Rp.2.300 per kilogram atau Rp 2.280 perkilo setelah di potong upah bongkar," ungkap A Ginting, Humas Sambu Group melalui pesan WhatsApp, Rabu (29/6).

Diungkapkannya lagi, untuk buah kelapa jambul masih diharga Rp2.000 perkilogramnya jika menjual ke pancang Sambu. 

Lanjutnya, mengenai harga beli buah kelapa  dengan harga Rp.1.500 perkilogram, A Ginting menyatakan bahwa harga tersebut bukan harga dari Sambu Grub melainkan harga dari pembeli lain.

"Kalau ada info Rp1.500 per kilo itu harga pembeli lain, bukan Sambu," tegas A Ginting.

Baca Juga: Jual Kelapa Sulit, Praktisi Hukum Pertanyakan Pelaksanaan Perbup Tata Niaga

Turunnya harga jual kelapa tersebut diduga permainan para tengkulak untuk mencari untung. Sedangkan menurut ungkapan pihak Sambu, harga jual kelapa masih 2.300 perkilogram.

Pembatasan Pembelian Buah Kelapa

Mengenai pembatasan pembelian buah kelapa milik petani, dan pembatasan kuota bongkar di masing-masing pancang Sambu, untuk mengatur kedatangan buah kelapa ke pabrik.

"Untuk itu mulai Minggu lalu kita berlakukan kuota terima di pancang dengan jumlah yg bervariasi sesuai dengan rata-rata terima selama ini," tuturnya.

"Tujuannya agar pancang bisa menyerap relasi lokal dan agar petani juga bisa mengatur jarak panen buah kelapa mereka," tambah Humas Sambu Grub.

Dengan demikian kata A Ginting, buah kelapa tidak terlalu menumpuk di pancang dan tidak juga menumpuk di pabrik. Jika hal itu terjadi, dikhawatirkan mengurangi kwalitas kelapa.

Baca Juga: Jual Kelapa Semakin Sulit, Selamatkan Petani dari Kebijakan PT Sambu Grub

Lebih lanjut Ginting memaparkan, saat ini banyak relasi jual kelapa ke pancang sambu, karena pembeli lain juga membatasi pembelian kelapa, seperti pembeli yang mengirim langsung ke Malaysia, Batam, Lobam, Jawa, Medan, dan lainnya. Hal itu ditandai dengan tidak adanya kapal pembeli tersebut, dan juga harga pembeliannya juga sangat rendah.

"Dari persoalan tersebut, sehingga penjualan kelapa membanjiri di setiap pancang sambu," ungkapnya.

Saat ini kata Humas Sambu, antrian di pabrik saja mencapai puluhan juta kelapa tidak dapat terbongkar cepat karena gudang penyimpanan penuh.

"Maka pengaturan kuota di pancang lebih kepada masalah tehnis untuk mencegah penumpukan kelapa dan mengurangi resiko penurunan kwalitas yang juga bisa merugikan semua pihak," tutupnya.

Dimana sebelumnya, kebijakan pembatasan kuota pembongkaran di pancang membuat masyarakat petani mengeluh karena kesulitan menjual buah kelapa mereka yang sudah dipanen.

Menurut penuturan seorang petani, Mifprapul Musadikin, saat ini masyarakat hanya bisa membongkar kurang lebih 40 ton di setiap pancang.

"Setiap pancang masing-masing kecamatan, pembongkaran perharinya kurang lebih 40 ton saja," sebut Mifprapul, Selasa (28/6).

Kondisi ini tentu menyulitkan masyarakat petani untuk menjual kelapanya, sedangkan kelapa yang datang bisa mencapai 100 ton perharinya.

"Kondisi seperti ini sudah hampir berjalan selama beberapa bulanan ini," terangnya.

Hal ini membuat para petani dan pengepul  banyak mengeluh karena harus mengantri 3 sampai 4 hari di pompong agar buah kelapa bisa dibongkar.

 

Penulis: DaudMNur

(Artikel ini milik Gagasanriau.com, berhak cipta, dilarang keras copypaste tanpa persetujun dan seizin redaksi)


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar