Daerah

Pekarangan Sebagai Lumbung Pangan

[caption id="attachment_1943" align="alignleft" width="300"]Pemanfaatan pekarangan sebagai nilai tambah perekonomian Pemanfaatan pekarangan sebagai nilai tambah perekonomian[/caption] gagasanriau.com- Harga bahan kebutuhan pokok, khusunya pangan semakin mahal tidak menentu. Keadaan ini tidak saja dirasakan oleh mereka yang tinggal dikota akan tetapi yang tinggal didesapun merasakan, betapa mahalnya harga bahan pangan sebagai kebutuhan hidup sehari-hari.

Untuk memenuhi kebutuhan makanpun sehari saja beberapa diantara kita ada yang terpaksa harus berkerut kening memutar otak untuk memenuhi kebutuhannya agar mampu bertahan hidup dalam kondisi keuangan yang pas-pasan.

Betapa mahalnya harga pangan tersebut,ia harus tetap diupayakan meskipun harus ditebus dengan harga yang lumayan mahal. Namun bagi kita yang mampu dan mau memanfaatkan lahan pekarangan rumahnya secara optimal adanya lonjakan harga tersebut tidaklah begitu membuat pusing. Yang menjadi pertanyaan adalah dapatkah pemanfaatan lahan pekarangan tersebut mampu membantu kita dalam memenuhi kebutuhan hidup kita?

Kalau kita perhatikan dengan seksama pekarangan rumah disekitar kita sering kali masih banyak dijumpai adanya pekarangan yang ditelantarkan tidak dirawat secara baik dan nampak kumuh. Namun tak jarang pula kita temui pekarangan yang tertata rapi dan ditanami dengan berbagai tanaman yang bermanfaat. Ada yang menananminya dengan cabai, tomat, kacang panjang, singkong maupun yang lainnya, serta tanaman obat maunpun memelihara ternak ayam ataupun kolam ikan.

Sekilas diatas menunjukan bahwa pekarangangan rumah kalau dikelola dengan baik akan memberikan nilai ekonomi bagi pengelolanya.Pekarangan yang kelihatan sepele akan menjadi hal yang tidak boleh dipandang remeh apabila telah dimanfaatkan.

Pekarangan bisa kita manfaatkan sebagai lumbung kebutuhan kita sehari-hari apabila dalam kondisi keuangan sedang krisis. Pekarangan juga sebagai lumbung hidup dikarenakan apabila persediaan pangan kita seperti cabe,tomat,muncang,seledri maupun sayuran yang lain kita butuhkan dapat memperoleh dari pekarangan sendiri tanpa keluar uang yang tentunya akan mengurangi biaya belanja kita.

Sedikit penjelasan diatas memang sangat mengiurkan dan menantang kita untuk mulai melirik kembali lahan pekarangan kita masing-masing. Namun meski sudah berulang kali diadakan penyuluhan tentang nilai lebih dari pemanfaatan pekarangan ternyata sebagian dari kita masih ada yang belum tergugah untuk menyulap pekarangan menjadi lumbung pangan yang bermanfaat.

Bahkan masih ada yang tetap membiarkan lahannya tidak disentuh sama sekali, meskipun sudah berulang kali menerima penyuluhan tentangnya.

Belum tepatkah metode yang selama ini dilakukan? Jawabnya bermacam-macam.

Selo Sumarjan seorang Sosiolog dalam bukunya “sifat-sifat Panutan Dalam Pandangan Masyarakat Indonesia” disebutkan bahwa setiap manusia yang hidup di dalam masyarakat Indonesia, Jawa khususnya masih mengangap adanya tokoh-tokoh panutan seperti guru, ratu, orangtua yang dijadikan contoh perilaku bagi masyarakat. Untuk itu bagi mereka yang dijadikan tokoh panutan perlu mawas diri. Ia tidak saja dutuntut untuk melakukan penyuluhan secara gencar, namun dituntut pula untuk memberi contoh soal, yang diawali dari dirinya sendiri maupun instansi tempat bekerja.

Semoga dengan memanfaatkan pekarangan secara optimal akan sedikit meringankan beban keuangan yang kita hadapi setiap hari.

sumber

Desa Karangnangka

Kedungbanteng Banyumas


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar