Riau Cari Investor Hilirisasi Sagu Untuk Mencegah Ekspor
GagasanRiau.com, PEKANBARU - Pemerintah Provinsi Riau dan Badan Restorasi Gambut (BRG) akan mencari investor untuk membangun pabrik hilirisasi sagu di Provinsi Riau. Hal ini dilakukan agar tidak lagi bergantung dengan permintaan luar negeri.
Hal itu dikatakan Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman kepada wartawan di Pekanaru, Senin (6/6/2016).
Dia mengatakan pihaknya telah bertemu dengan beberapa calon investor dari luar negeri, seperti Jepang, untuk berinvestasi di sektor hilirisasi sagu di Indonesia. Apalagi selain Riau, Provinsi Papua juga menjadi salah satu daerah sentra produksi sagu.
"Produksi sagu Riau mencapai 246.000 ton per tahun yang dipusatkan di Kabupaten Kepulauan Meranti dengan total luas lahan 5,7 juta hektar. Saat ini, sagu masih diekspor ke luar negeri seperti di Jepang dan Tiongkok," ungkapnya.
Dia mengakui selama ini, Riau hanya memanfaatkan 5 persen tanaman sagu, untuk menggaet investor, maka Pemerintah Provinsi Riau akan menggenjot produksi sagu. "Pemerintah juga akan mempromosikan sagu ke dunia internasional, untuk meningkatkan potensi pariwisata dengan menggelar festival kuliner sagu internasional," urainya.
Selain itu, swasembada sagu juga diprogramkan yang berfungsi merestorasi lahan gambut dengan bekerjasama dengan dua universitas dari Jepang. "Bahkan saya juga turut mempromosikan sagu ke siapa saja yang datang, khususnya dari luar negeri," katanya.
Sementara itu Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Riau, Ondhi Sukmara mengatakan hilirisasi diperlukan agar sagu diekspor dalam bentuk olahan, tidak hanya mi sagu. "Kami sangat mendukung, sehingga lebih banyak hasil olahannya yang diekspor, tidak bahan baku," urainya seperti dilansir RRI.
Seperti diberitakan Badan Restorasi Gambut (BRG) dan Pemprov Riau serta akademisi, menciptakan program restorasi gambut, yang mengarah pada peningkatan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan, tidak semata pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), dengan menanami tanaman asli di lahan yaitu sagu. Apalagi selama ini tanaman itu hidup subur di Kabupaten Kepulauan Meranti, Bengkalis dan Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil).
"Apalagi selama ini masyarakat di daerah pesisir Riau mengkonsumsi sagu sebagai pengganti beras. Jadi kami berharap kondisi sosial ekonomi masyarakat jangka panjang lebih stabil dengan melakukan penanaman dengan tanaman asli yang tepat yang tidak memicu kekeringan pada lahan gambut," kata Arsyadjuliandi Rahman.
Program BRG dan rencana moratorium gambut untuk perkebunan kelapa sawit, diyakini bisa perbaiki perekonomian masyarakat Riau. Sehingga Pemprov Riau sangat tergantung dengan BRG, karena wilayah Riau dikelilingi gambut.
Disisi lain Rektor Universitas Riau, Prof Aras Mulyadi mengatakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik yang menurunkan mahasiswa ke desa yang merupakan kawasan gambut, dilaksanakan dengan memberdayakan masyarakat agar melakukan pencegahan Karhutla gambut.***
Editor: Saut BB
Tulis Komentar