Bahu Membahu Ulama dan Polisi Berikan Pemahanan Anti-Radikalisme
GAGASANRIAU.COM, PEKANBARU - Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Riau, Irjen Pol Zulkarnain mengukuhkan Dai Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) didampingi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama Prof DR Said Aqil Siraaj dan Wakil Gubernur Riau Wan Thamrin Hasyim.
"Harapannya agar saudara dapat laksanakan tugas pokok dan fungsi masing-masing se-Riau sesuai dengan struktur jabatan. Semoga Allah meridhoi ikhtiar yang diuraikan," kata Kapolda Riau saat mengukuhkan secara simbolis dengan mengalungkan Sorban.
Kapolda mengatakan seluruh Riau ada 1.328 Dai Kamtibmas yang menerima arahan untuk mendakwahkan Islam yang Rahmatan Lil Alamin.
Para Dai akan memberikan pemahanaman kepada umat Islam dimana adanya faham mengubah sistem pemerintahan Pancasila ini menjadi Islam Khilafah.
"Hari ini 250 dikukuhkan di tingkat Polda, untuk Polres dan Polsek nanti juga akan dibentuk. Ini adalah usaha kepolisian untuk menyebarkan paham Islam yang menerima perbedaan," ungkap kata Kapolda.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Ikrar Dai Kamtibmas oleh ketua Prof Ahmad Muhajidin. Dimana dalam ikrar tersebut berbunyi Dai memegang prinsip Islam ahli Sunnah wal Jamaah, berideologi pancasila, berkonsttitusi UUD 45, berkebudayaan Bhineka Tunggal Ika, dan selalu bersedia menyerahkan jiwa dan raga membela tanah air Indonesia serta mempertahanakan persatuan dan kesatuan nasional.
"Berperan aktif dalam pembangunan nasional, mewujudkan kesejahteraan lahir batin untuk seluruh rakyat Indonesia yang berkeadilan, pantang menyerah dan tidak putus asa melawan pihak yang akan merongrong Pancasila Bhineka Tunggal Ika NKRI UUD 45 serta Peraturan Perundang-Undangan lainnya yang bertenteangan dengan reformasi dan Proklamasi Kemerdekaan 17 agustus.
Selain itu juga dijelaskan Kapolda Dai Kamtibmas berdakwah di Riau sebagai organisasi tangan kanan Polda untuk membantu dalam bidang keamanan dan ketertiban.
"Di Medinah yang saat itu kondisi sosial masyarakatmya juga Bhinneka Tunggal Ika atau masyarakat beragam. Maka Nabi membuat piagam Madinah, sebagai kepala negara dan daerah nabi juga melindungi seluruh tumpah darah semua warga Madinah. Piagam itu ditandatangani elemen elemen warga Madinah, Islam, Narrani, Yahudi, Majusi, dan Pagan," ulas Kapolda.
Sementara itu, Wagub Riau, Wan Thamrin Hasyim menyampaikan tantangan Riau adanya upaya memecah persatuan dan kesatuan yang semakin memgkhawatirkan. Salah satunya masuk dan berkembangnya berbagai paham radikal ke Indonesia.
"Namun toleransi di Riau sudah lama ada. Seperti acara Bakar Tongkang budaya etnis Tionghoa di Rokan Hilir. Saat ini dilakukan bersama-sama, mengangkat bersama-sama, tidak hanya oleh warga keturunan tionghoa," ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut juga hadir Staf Kapolri Bidang Sosial Politik, Irjen Pol Ike Edwin dalam rangka safari Ramadan Operasi Ramadaniya di Riau. Ia menyatakan bahwa pihaknya mengkhawatirkan hal-hal memecah belah persatuan Indonesia. Seperti intoleransi yang berkeinginan menjadi khilafah, dan ujaran kebencian yang menyebabkan persekusi.
"Untuk itu perlu kembali melihat catatan sejarah sejak sumpah pemuda Indonesia ini bersatu dari suku dan agama yang berbeda," ucapnya.
Kegiatan lanjut dengan mendengarkan pemahaman tentang Islam yang Rahmatan lil Alamin dari Ketum PBNU Said Aqil Siraaj. Dia menceritakan awal mula kehidupan Muhammad menjadi Rasul dengan penuh kisah toleransi.
Mulai sejak hijrah dari Mekah ke tempat yang telah dihuni berbagai suku dan agama. Lalu ketika sudah menjadi kuat kembali lagi ke Mekah tidak dengan membalas dendam tapi dengan memaafkan.
Lalu ketika Islam sudah mayoritas di Jazirah Arab, nabi juga tidak menekankan dengan cara memaksa. Hingga akhirnya dikatakan siapa yang membunuh non muslim yang tidak mau masuk Islam akan masuk neraka.
Dia mengungkapkan juga adanya paham radikal mulai muncul pada Khalifah Ali Bin Abi Thalib. Dia yang akhirnya dibunuh oleh kaum yang tidak suka melihat cara Ali berdialog dalam menyelesaikan masalah.
Kaum itu adalah Khawariij yang menjadi cikal bakal radikalisme. Padahal kaum tersebut sholat dan bahkan hafidz Al-Quran, tapi begitu cepat mengkafirkan orang yang dianggapnya tidak menjalankan Hukum Allah.
Editor Arif Wahyudi
Tulis Komentar