Hukum

Polisi Diminta Tangkap Pelaku Pengeroyokan Turnamen Futsal SMK Hasanah Pekanbaru

Korban dipukuli ramai-ramai saat pertandingan turnamen futsal yang digelar SMK Hasanah Pekanbaru

GAGASANRIAU.COM, PEKANBARU - Orang tua korban pengeroyokan meminta panitia turnamen futsal yang digelar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Hasanah Pekanbaru bertanggungjawab atas tindakan kekerasan yang dialami A, 16 tahun siswa Sekolah Menegah Kejuruan Negeri (SMKN) di Pelalawan. Pasalnya siswa A harus dirawat di rumah sakit Santa Maria lantaran dikeroyok saat gelaran turnamen futsal tersebut.

DM selaku orang tua dari A meminta agar pelaku pengeroyokan ditangkap dan dihukum. Akibat pengeroyokan tersebut anaknya menurut keterangan dokter mengalami gegar otak dan kini dirawat di RS Santa Maria Pekanbaru.

"Anak saya, A pada hari Sabtu, (25/02) sore bertanding futsal dengan membawa nama sekolahnya SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci melawan SMK Hasanah yang bermain di lapangan futsal di Pekanbaru dalam ajang Turnamen Futsal antar Pelajar. Saat itu, anak saya di babak kedua mendapatkan serangan dari pihak lawan. dan seketika, anak saya dikeroyok dan dianiaya lebih dari 10 orang pelajar yang saat itu langsung membuat anak saya mengalami gegar otak dan dirawat di Rumah Sakit," beber DM pada, Selasa malam, (28/02/2023).

Namun kata dia, pengeroyokan yang dilakukan pelajar SMK Hasanah selaku tuan rumah, pihak panitia tidak ada yang melerai pada saat kejadian, padahal itu turnamen futsal resmi digelar sekolah tersebut.

Dan jelas kata dia bahwa kejadian anaknya korban penganiayaan dan pengeroyokan bukan satu lawan satu.

"Sudah kami laporkan ke Polresta Pekanbaru, karena ini sungguh tindakan penganiayaan dan pengeroyokan yang sangat keji. Sampai anak kami mengalami geger otak dan masih dirawat dirumah sakit sampai saat ini," katanya.

Dan kembali dikatakan DM ia meminta agar para pelaku pengeroyokan dan penganiayaan ini ditangkap dan disanksi pihak sekolah agar tidak ada lagi kekerasan-kekerasan antar pelajar.

"Kami berharap adanya keadilan sesuai perundang-undangan yang berlaku, dan kami yakin dan percaya bahwa negara ini adalah negara hukum. Dan kami berharap peristiwa yang menimpa anak kami ini menjadi pelajaran besar buat pelajar lainnya. Sehingga, kedepannya tidak terulang," pungkasnya.

Selanjutnya, YE selaku kakak korban menambahkan sangat menyesalkan pihak panitia yang tidak langsung menghubungi dan tidak ada itikad baik terkait peristiwa yang menimpa adiknya tersebut. 

"Saat kejadian, pihak panitia tidak ada menghubungi kami, malah kami yang menghubungi pihak panitia. Dan saat mengetahui adik saya menjadi korban penganiayaan dan pengeroyokan saat turnamen futsal antar pelajar tersebut, pihak panitia malah meminta agar kami mendatangi dan berdamai dengan pihak sekolah yang melakukan penganiayaan dan pengeroyokan. Kan Etika pihak panitia ini tidak ada dan sangat kami sesalkan," katanya.

Pertandingan futsal ini resmi, yang diselenggarakan oleh Dispora Provinsi Riau dan Dinas Pendidikan. Jadi, ini bukan turnamen futsal ada penanggung jawab yaitu panitia.

" Ini pertandingan resmi dan diposting di media sosial. Namun, ketika adik saya (A) menjadi korban penganiayaan dan pengeroyokan, pihak panitia tidak melerai dan memisahkan saat kejadian yang membuat adik saya menjadi korban dan masuk rumah sakit," singkatnya.


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar