Daerah

Miris Masyarakat 7 Desa Di Kampar Seperti Diasingkan Tanpa Fasilitas Publik

Eci 33 tahun warga Desa Lubuk Bigau menunjuk karet getah yang sudah menghitam karena tidak bisa dipasarkan akibat akses jalan rusak

GagasanRiau.Com Pekanbaru - Berbulan-bulan tanpa akses jalan pasca banjir, membuat masyarakat di Kabupaten Kampar kehilangan mata pencarian. Pasalnya hasil-hasil pertanian yang mereka hasilkan tidak dapat mereka jual untuk membiayai hidup sehari-hari.

"Karet yang menjadi satu-satunya mata pencarian masyarakat tujuh desa Kampar Kiri Hulu sudah tidak laku lagi. Eci 33 tahun warga Desa Lubuk Bigau menjelaskan karet miliknya sudah hitam dan ditumbuhi rerumputan dan kayu-kayu kecil karena sudah terlalu lama direndam didalam kolam dibelakang rumahnya"tutur Arika Armon kepada GagasanRiau.Com melalui rilis pers nya Kamis (10/3/2016).

"Eci mengatakan bahwa seluruh masyarakat empat desa (Lubuk Bigau, Kebun Tinggi, Pangkalan Kapas, Tanjung Permai) juga bernasib sama dengannya. Karet di empat desa ini sudah benar-benar tidak ada lagi yang membeli semenjak tanggal 29 November 2015 yang lalu pasca terputusnya akses ke desa karena banjir dan longsor"tambah Arika.

Untuk bertahan hidup dikatakan Arika lagi, hanya hasil buah pinang dan coklat yang tumbuh sebatang-sebatang dibelakang rumah para warga menjadi penopang ekonomi masyarakat.

"Karena hanya tanaman itu bermanfaat bagi masyarakat Kampar Kiri Hulu saat ini. Meskipun tidak bisa menjadi solusi, tapi setidaknya itu bisa untuk membeli garam dan bawang bagi ibu-ibu rumah tangga di desa ini"kata Armon sedih.

Ada juga lanjut Armon, sebagian dari masyarakat yang pergi ke hutan mencari kulit kayu modang untuk dijual keluar dengan harga Rp 500/kg, dengan pendapatan 25 kg sampai 50 kg/hari.

Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar dan Pemerintah Provinsi Riau disebutkan Arika sampai saat ini masih menutup mata untuk menyelamatkan kondisi masyarakat di 7 desa tersebut. Pasca banjir di Bulan November 2015 yang lalu, disampaikan Arika belum ada langkah nyata perbaikkan infrastruktur di desa-desa yang terkena banjir.

Reporter Arif Wahyudi


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar