Daerah

Kreasi Batok Kelapa Asal Inhil Dijual ke India

Muhammad Ridin Ridwan Al-Indragiri
GAGASANRIAU.COM, INHIL - Sebagian orang menyebut batok kelapa sebagai limbah, namun tidak bagi perajin asal Indragiri Hilir, batok kelapa diubah menjadi kerajinan yang menarik dan bernilai.
 
Muhammad Ridin Ridwan warga Desa Jaya Bakti, Kecamatan Enok, Kabupaten Inhil, Riau, sulap batok kelapa menjadi sesuatu yang tidak hanya unik tapi juga layak jual hingga dapat dipasarkan ke India.
 
Ridin memanfaatkan limbah batok kelapa ini sebagai kreativitas karya unik berupa aksesori, suvernir, mangkok, dan asbak yang bernilai seni tinggi. 
 
Ridin mengaku, kreativitasnya tersebut berawal dari hobi, melihat batok kelapa hanya menjadi limbah, menggelitik nalurinya untuk mengolah batok kelapa hingga menghasilkan karya seni yang lebih bermanfaat.
 
"Alhamdulillah batok kelapa yang sudah diolah menjadi mangkok ini akan dikirim ke pelanggan di Bogor dan nantinya akan diekspor ke India," kata Ridin saat diwawancarai GAGASAN, Minggu (25/10).
 
Ridin menuturkan pembuatan karya seni tersebut hanya berbekal mesin yang dirakit nya sendiri, gergaji, bor, dan amplas. Kedepan Ridin berharap kreativitasnya tersebut dapat membantu ekonomi keluarganya dan bisa menyerap tenaga kerja jika usaha kreatif berkembang besar.
 
Terkahir Ridin mengatakan karya seninya tersebut dipasarkan atas bantuan pengusaha kelapa asal Inhil, Burhanuddin Rafik, membantu mencarikan market place melalui PT Agrojaya Komoditi yang berada di Bogor.
 
"Satu kerajinan mangkok tempurung di hargai Rp2.800. Ini merupakan pesanan pertama. Untuk selanjutnya perusahaan yang berbasis di India ini akan memesan lagi dalam jumlah banyak," sebutnya.
 
Karya Seni Ridin Pernah Ditampilkan di Pameran Festival Kelapa Internasional
 
Karya seni Ridin tersebut pernah ditampilkan di pameran Festival Kelapa Internasional yang diselenggarakan di Lapangan Gajah Mada Tembilahan pada tahun 2017 lalu.
 
Karya seni olahan batok kelapa menjadi aksesoris lampu hias tersebut sempat dilihat Bupati Wardan, namun dihargai hanya sebagai pajangan semata di Festival Kelapa tersebut.
 
Artinya sampai saat ini perhatian pemerintah terhadap pengrajin belum ada nampak, sehingga para pengrajin harus mencari market place sendiri berkoordinasi dengan pengusaha kelapa di Bogor.
 
Salah seorang pengusaha kelapa asal Inhil yang bergiat di Bogor, Burhanuddin Rafik, berharap pemerintah harus memberikan dukungan kepada para pengrajin agar mereka mampu mengembangkan usaha kreatifnya. 
 
Apalagi Bupati Wardan pernah mengatakan dan menghimbau kepada masyarakat petani agar mampu mengolah turunan kelapa, salah satu menunjang perekonomian petani di Negeri Hamparan Kelapa Dunia.
 
Maka dari itu, kata Burhan, campur tangan pemerintah sangat dibutuhkan melalui penganggaran pengembangan usaha kerakyatan, agar cita-cita Bupati Wardan dalam mensejahterakan petani kelapa terealisasi.
 
"Ini harus didukung melalui penganggaran pengembangan usaha kerakyatan," tutur Burhan.
 
Petani di Inhil tidak diragukan lagi dalam mengolah turunan kelapa. Namun, jika tidak didukung pemerintah dalam mengalokasikan bantuan modal dan mencarikan market placenya, prodak tersebut tidak akan bernilai.
 
"Peran pemerintah sangat dibutuhkan, baik melalui kebijakannya merealisasikan bantuan UKM serta pemasarannya agar prodak turunan kelapa bernilai ekonomis diekspor ke luar negeri," tegasnya.
 

 

 

 


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar